Selasa, 29 April 2014

Deskripsi Pantai Pangandaran


Objek wisata yang merupakan primadona pantai di Jawa Barat ini terletak di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran dengan jarak ± 92 km arah selatan kota Ciamis, memiliki berbagai keistimewaan seperti:
• Dapat melihat terbit dan tenggelamnya matahari dari satu tempat yang sama
• Pantainya landai dengan air yang jernih serta jarak antara pasang dan surut relatif lama sehingga memungkinkan kita untuk berenang dengan aman
• Terdapat pantai dengan hamparan pasir putih
• Tersedia tim penyelamat wisata pantai
• Jalan lingkungan yang beraspal mulus dengan penerangan jalan yang memadai
• Terdapat taman laut dengan ikan-ikan dan kehidupan laut yang mempesona.

Dengan adanya faktok-faktor penunjang tadi, maka wisatawan yang datang di Pangandaran dapat melakukan kegiatan yang beraneka ragam: berenang, berperahu pesiar, memancing, keliling dengan sepeda, para sailing, jet ski dan lain-lain.
Adapun acara tradisional yang terdapat di sini adalah Hajat Laut, yakni upacara yang dilakukan nelayan di Pangandaran sebagai perwujudan rasa terima kasih mereka terhadap kemurahan Tuhan YME dengan cara melarung sesajen ke laut lepas. Acara ini biasa dilaksanakan pada tiap-tiap bulan Muharam, dengan mengambil tempat di Pantai Timur Pangandaran.

Event pariwisata bertaraf internasional yang selalu dilaksanakan di sini adalah Festival Layang-layang Internasional (Pangandaran International Kite Festival) dengan berbagai kegiatan pendukungnya yang bisa kita saksikan pada tiap bulan Juni atau Juli.

Fasilitas yang tersedia:
1. Lapang parkir yang cukup luas,
2. Hotel, restoran, penginapan, pondok wisata dengan tarif bervariasi,
3. Pelayanan pos, telekomunikasi dan money changer,
4. Gedung bioskop, diskotik
5. Pramuwisata dan Pusat Informasi Pariwisata,
6. Bumi perkemahan,
7. Sepeda dan ban renang sewaan,
8. Parasailing dan jetski.

TIKET MASUK OBJEK WISATA PANGANDARAN
a. Pejalan Kaki 1(satu) Orang Rp. 3.000,-
b. Sepeda Motor Rp. 7.000,-
c. Kendaraan Jenis Jeep/Sedan Rp. 28.000,-
d. Kendaraan Jenis Carry Rp. 35.000,-
e. Kendaraan Penumpang Besar Rp. 40.700,-
f.  BUS Kecil Rp. 80.000,-
g. BUS Sedang Rp. 104.000,-
h. BUS Besar Rp.169.000,-

CIRI-CIRI KARANGAN ILMIAH

1. KARYA ILMIAH
Karya ilmiah (bahasa Inggris: scientific paper) adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Ciri ciri :
- objektif
- tidak bersifat persuasif, artinya adalah penulis tidak mengajak pembaca untuk setuju dengan tulisan yang dibuatnya. bisa juga pembaca mengomentari atau mengoreksi isi dari tulisan tersebut.
- tidak melebih-lebihkan, penulis membuat karangan ilmiah ini harus dibuat sesuai dengan data dan fakta yang ada di lapangan.
- sitematis
- tidak dibuat untuk mengejar keuntungan pribadi
Contoh :
karangan ilmiah diantaranya adalah skripsi, tesis, disertasi, makalah.
2. KARYA NON ILMIAH
Karangan Non Ilmiah (Fiksi) adalah Satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Karangan non-ilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya formal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis
Ciri-ciri :
- Bersifat persuasif
- Ditulis berdasarkan fakta pribadi
- Fakta yang disimpulkan subyektif
- Bersifat imajinatif
- Gaya bahasa konotatif dan populer
- Situasi didramatisir
- tidak memuat hipotesis
- Penyajian dibarengi dengan sejarah
Contoh :
karya non ilmiah diantaranya cerpen, puisi, novel, komik
3. KARYA SEMI ILMIAH /POPULER
adalah karangan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan. Penulisannyapun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah. Penulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya tekhnis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi Jenis karangansemi ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam opini, editorial, resensi, anekdot, hikayat, dan karakteristiknya berada diantara ilmiah.
Ciri-ciri :
- Emotif : kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
- Persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative.
- Deskriptif : pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.
- Kritik tanpa dukungan bukti.
Contoh :
Manga, merupakan sebutan untuk komik di Jepang. Tidak ada yang tahu secara pasti kapan komik masuk pertama kali ke Jepang, tetapi pada mulanya komik Jepang adalah peniruan dari film animasi Walt Disney oleh Ozamu Tezuka (1928-1989) dan merupakan cikal bakal dari komik Jepang modern. Beliau mengekspresikan gerakan film-film animasi Walt Disney ke dalam komik Jepang. Karya-karya beliau setelah akhir perang dunia II membuka era baru untuk komik Jepang.
Sumber sumber :
1. http://hutamigoodgirl.blogspot.com/2010/11/contoh-kalimat-ilmiah-semi-ilmiah-dan_14.html
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Karya_ilmiah
3. http://noviani26.wordpress.com/2012/03/21/karangan-ilmiah-semi-ilmiah-non-ilmiah/
4. http://achmadfaroby.blogspot.com/2011/03/perbedaan-karangan-imiah-semi-ilmiah.html

RESENSI BUKU



Judul        :  Tembakau atau Mati: Kesaksian, Kegelisahan, dan Harapan Seorang Petani Tembakau
Penulis    :  Wisnu Brata
Penerbit   :  Indonesia Berdikari
Tahun      :  2012
Tebal        :  VIII + 138
ISBN         :  978-602-99292-5-6


Tembakau merupakan tanaman yang mampu bertahan tetap hijau, bahkan semakin membaik mutunya saat kemarau tiba. Salah satu produk yang dihasilkan dari tanaman yang memiliki nama latin nicotiana tabacum ini adalah kretek.

Rokok kretek murni terlahir dalam rahim masyarakat pribumi. Tidak heran jika dikatakan bahwa kretek adalah bagian dari budaya Nusantara. Sehingga sudah mendarah daging dalam masyarakat pribumi.

Beberapa bulan yang lalu tembakau menjadi sorotan serius. Media nasional banyak membicarakan tembakau dari masalah kesehatan sampai pada permasalahan perekonomian petani tembakau. Pembicaraan itu terkait dengan beberapa undang-undang yang berkaitan dengan tembakau.

Pemberlakuan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan menimbulkan pro dan kontra. Mereka yang mendukung pemberlakuan itu beralasan bahwa rokok itu merusak kesehatan. Masalah perekonomian para petani jugatembakau juga menjadi sorotan para pengkritik rokok.

Namun, bagi para petani tembakau UU itu jelas-jelas sangat merugikan mereka. Mereka merasa dimiskinkan dengan pemberlakukan UU tersebut. Karena membatasi penjualan tembakau (lokal), dan hanya menguntungkan pihak asing (tembakau impor). Penerapan ratifikasi kerangka kerja pengendalian tembakau atau Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) juga menjadi bumerang bagi para petani tembakau. Alasannya, ratifikasi tersebut dapat mengancam industri rokok rumahan. Pasalnya, ratifikasi memaksa petani tembakau dan pelaku industri kelas menengah untuk melakukan standarisasi produk tembakau.

Kehadiran buku ini hendak menawarkan pembacaan tembakau dari penghayatan petani tembakau sendiri. Sebagai salah satu petani tembakau, Wisnu Brata, merasa perlu mengklarifikasi isu yang berkembang terkait tembakau dan petani tembakau. Hal ini dilakukan bukan demi tembakau, tetapi, demi hidup kami sendiri, para petani tembakau.

Sarjana Ekonomi ini melakukan kajian dengan menyibakkan fakta terkait isu miring tembakau. Di antara data itu, dia peroleh dari para petani tembakau di sekitar tiga gunung Jawa Tengah, yakni Sumbing-Sindoro-Prau, khususnya wilayah Temanggung. Upaya itu dia lakukan agar memperoleh data yang akurat dan tepat. Selain itu, Brata juga mengalami sendiri kehidupan sebagai petani tembakau.

Dengan adanya perundang-undangan antitembakau yang akan terpapar lebih parah oleh produk itu adalah pabrik-pabrik rokok lokal dan petani tembakau setempat (halaman 52). Karena tembakau lokal memiliki kandungan nikotin dan tar yang cukup tinggi, sehingga tidak memenuhi persyaratan yang termuat dalam undang-undang tersebut. Akhirnya, para produsen rokok akan menggunakan tembakau impor yang memiliki kadar nikotin sesuai dengan batas yang telah ditentukan.

Tembakau: Tanaman Wali

Bagian pertama buku ini menguraikan tentang asal-usul tembakau. Para petani tembakau di sekitar Tiga Gunung di Jawa Tengah itu meyakini bahwa tembakau berasal dari salah satu Wali Sembilan (Wali Songo) di Nusantara, yakni Sunan Kudus. Oleh karenanya, para petani tembakau selalu mengadakan prosesi selametan (halaman 4).

Hal itu tidak sertamerta mereka meyakini sebagai mitologi semata. Tembakau merupakan tanaman yang sangat penting bagi masyarakat sekitar tiga gunung itu. Tanaman ini akan semakin hijau ketika kemarau terjadi. Selain nilai jual yang cukup stabil disbanding dengan tata niaga yang lainnya. Wajar, jika para petani tembakau menolak untuk beralih ke komoditas lain.

Padahal, pilihan petani menanam tembakau mendapatkan perlindungan dalam UU No. 12 Tahun 1972. Pada Pasal 6 dikatakan bahwa petani memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan jenis tanaman dan pembudidayaannya. Artinya, pemerintah tidak bisa memaksakan kehendak kepada petani untuk mengganti tanaman tembakau ke jenis tanaman lain.

Jika memang mau dikatakan, ditemukan keburukan dalam dunia pertembakauan Indonesia. Hal itu bukanlah menunjukkan buruknya pertembakauan Indonesia, melainkan buruknya sektor pertanian secara keseluruhan (halaman 123). Sepatutnya ini menjadi pembenahan pertanian di Indonesia sebagai salah satu negeri agraria terbesar, bukan lantas memberangus tembakau dengan komoditas lain.

Laskar Kretek

Berbagai macam serangan terhadap tembakau, dari kalangan ilmuwan sampai pemegang regulasi sangat menyudutkan petani tembakau. Untuk itu diperlukan sebuah wadah yang dapat mempertahankan dan membela para petani tembakau dengan membentuk “Laskar Kretek”. Laskar ini sebagai sebuah bentuk perlawanan para pemuda petani tembakau dalam menghadapi segala serangan yang ada.

Laskar Kretek adalah barisan simpatik yang mengajak masyarakat untuk mencintai produk-produk Indonesia, khususnya kretek. Mereka bergerak di lapangan untuk menghadapi berbagai bentuk deskriminasi terhadap petani dan produk tembakau (halaman. 102). Sebagai wujud nyata dari kedaulatan petani tembakau Indonesia, tembakau harus terus ditanam dan kretek harus diselamatkan. Karena menurut Brata, dengan menyelamatkan kretek sama artinya dengan menyelamatkan Indonesia.

Jika hendak turut memperjuangkan agar nasib dan keuntungan petani lebih baik, Brata mengajak masyarakat Indonesia bersama-sama petani tembakau untuk memperbaiki yang sudah ada. Namun, jangan coba-coba membongkar, apalagi memberangusnya dan mengkondisikannya, baik dengan halus maupun dengan kasar, agar petani berpaling kepada tanam lain, itu tak bisa diterima (halama 46).

Buku ini layak menjadi salah satu referensi bagi anda yang ingin mengetahui permasalahan tembakau. Karena fakta-fakta yang tersaji di dalamnya adalah berangkat dari realitas petani, termasuk penulisnya. Sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih objektif dan komprehensif terkait permasalahan tembakau. Walaupun, tidak dapat dipungkiri, Brata cenderung mengesampingkan masalah kesehatan yang diakibatkan oleh rokok.